Senin, 01 Juni 2009

metode pendidikan Rasulullah thd. para Shahabat

Rasulullah berbicara kepada orang lain sesuai dengan kadar intelektual mereka. Suatu pembicaraan yang tidak dapat dipersepsi oleh akar pendengar, terkadang justru menjadikan fitnah. Sehingga yang terjadi tidaklah seperti yang dikehendaki . Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam benar-benar berbicara kepada mereka yang hadir dengan bahasa yang dapat mereka tangkap pengertiannya. Sehingga seorang arab pedalaman dengan kekerasan karakternya mampu memahami. Demikian juga dengan lingkungan arab kota lebih dapat memahaminya. Disamping itu juga beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memperhatikan daya tangkap, kecerdasan dan kemapuan alami maupun hasil latihan mereka dalam berpikir. Kepada orang yang cerdas beliau cukup memberikan isyarat. Misalnya adalah riwayat berikut
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “ada seseorang warga Fazarah menghadap ke Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Sesungguhnya istriku melahirkan anak yang berkulit hitam, dan aku tidak mengakuinya. ” Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, Apakah kamu mempunyai unta, Ia menjawab, Ya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apa warna Kulitnya?, Ia menjawab, Kemerahan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “apakah diantara unta itu ada yang berwarna ke-abu-abuan ? Ia menjawab, “ada”. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, : “Bagaimana bisa begitu?”, Ia menjawab, “Mungkin dipengaruhi oleh factor keturunan”. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, :”Nah, anakmu itu juga dipengaruhi oleh keturunan (gen)[1]
Satu-satunya sarana untuk mendudukan orang itu agar mengakui anak yang di-ingkarinya adalah menganalogikan dengan peristiwa yang sering terjadi dilingkungannya, baik berkenaan dengan kehidupan sehari-hari maupun kondisi lingkungan.
Disamping ditujukan kepada akal, pembicaraan beliau jua ditujukan kepada rasa dan nurani. Pembicaraan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mampu mengerakan perasaaan dan bahkan menggetarkannya. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam dapat menangani berbagai macam persoalan dengan bijak dan hati-hati.
Sebagai contoh riwayat berikut:
Dari Abu Umamah Al Bahily, bahwa ada pemuda Quraiys menghadap kepada Rasulullah, lalu berkata : Wahai Rasulullah, bolehkan aku berbuat zina?, kemudian para sahabat berdatangan untuk mencegahny, namun beliau bersabda, :Biarkan saja, Dan Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mendekatlah”, Pemuda itu mendekat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalau beliau bertanya, ” Apakah engkau senang bila hal ini terjadi kepada Ibumu?, Ia menjawab, Tidak demi Allah, rasulullah bersabda: semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda, “Orang-orang juga tidak senang bila hal itu terjadi kepada Ibu mereka. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya : apakah engkau senang bila hal ini terjadi kepada putrimu?, Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, kemudian Nabi bersabda: “Semoga Allah menjadikanku tebusanmu. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Orang-orang juga tidak senang bila hal ini terjadi kepada putrid mereka….begitulah seterusnya hingga pertanyaan kepada saudarinya, bibnya baik pihak ayah dan pihak ibunya. Setiap pertanyaan rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dijawab oleh pemuda Quraiys itu “Tidak, Demi Allah”. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam meletakan tangan beliau ke dadanya, seraya berdo’a :” Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya dan peliharalah kemaluannya.”[2]
Memudahkan dan Tidak Memberatkan
Untuk meyebarkan dan menyampaikan islam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menempuh jalan tegas, tetapi memilih yang termudah dan terlonggar dalam mengajarkan hukum-hukum agama kepada para sahabatnya.
Berikut adalah dalil-dalil dari as Sunnah
Mengajarlah kalian. Permudahlah dan jangan mempersulit. Dan bila salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah diam.[3]
Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat orang lari. [4]
Karena semua inilah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk mendalami persoalan-persoalan agama mereka, memerintahkan kepada mereka untuk menanyakan apa saja yang tidak mereka ketahui serta melarang mereka memberikan fatwa tanpa ilmu.
Salah satu contoh sifat toleran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata: seorang arab badui/pedalaman masuk masjid, kemudian shalat dua raka’at, lalu ia berdo’a: “Ya Allah, rahmatillah aku dan Muhammad dan jangan engkau rahmati bersama kami seorangpun. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menoleh dan berkata “Kamu hendak menutup sesuatu yang lapang”. Selang beberapa lama, orang itu kencing didalam Masjid, orang-orang lalu menghampirinya (untuk mencegah). Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada mereka “Sesungguhnya kalian diutus sebagai orang-orang yang memberikan kemudahan dan tidak diutus sebagai orang-orang yang meyulitkan. Siramkan se-ember air pada bekas kencingnya itu”.[5]
Itulah sifat Rasulullah yang selalu lembut dalam menghadapi segala masalah pada masanya, beliau tidak menghujat ataupun mencaci hal-hal yang sifatnya sepele .
Sunnguh telah ada Suri tauladan yang baik dalam diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Pengajaran Kepada kaum Wanita
Di samaping pengajaran kepada kaum pria, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga memperhatikan pengajaran kepada kaum wanita. Suatu ketika beberapa orang wanita dating kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak dapat mengikuti majlismu yang terdiri dari kaum pria, karena itu kami menjanjikan satu hari yang kami gunakan untuk datang kepadamu” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tempat yang aku janjikan unutk kalian adalah di rumah fulan. Pada hari yang ditentukan dan ditempat yang dijanjikan itu beliau hadir dan memberikan pengajaan kepada mereka.[6]
Didalam pengajaran Rasulullah itulah para wanita melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai hokum yang berkaitan dengan wanita dan Rasulullah memberikan fatwa kepada mereka. Dari ‘Aisyah, ia berkata : Wanita terbaik adalah wanita anshar, mereka tidak terhalang dari rasa malu untuk mendalami agama.[7]
Demikianlah sedikit ringkasan tentang bagaimana metode pengajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya, semoga bisa dijadikan pelajaran yang berharga.
[Diringkas dari Kitab : Ushul Al Hadist li Dr. Muhammad ‘Ajjaj Al Khattib, Darul Fiqr, Beirut Libanon]
Artikel yang berkaitan
Metode Pengajaran Rasulullah Sholallahu ‘alahi wasallam kepada para Sahabat
Metode Pengajaran Rasulullah Sholallahu ‘alahi wasallam kepada para Sahabat [2]
Footnote:
[1] Lih : Sahih Muslim, hal 1137 dari dua Hadits, hadits 18 dan 20, Juz II
[2] Lih : Majma Az Zawa’id hal 129, Juz I
[3] Lih : Musnad Imam Ahmad, hal 12, hadist 2136 dan hal 191 hadist 2556 Juz II
[4] Sahih Bukhori bi Hasiyah as sandy, hal 24 Juz I
[5] Bagian kedua dari hadist tersebut yakni peritiwa kencingnya seoran arab badui, disebutkan oleh Al Bukhari dari Ans dan Abu Hurairah, Lih; Fathul Bariy hal 335 dan 336 Juz I, sedang kisah do’anya itu ditempat lain dan ditakhrij oleh Imam Ahmad dengan sanad sahih pada hal 244, hadist 7254 Juz XII dan hal 209 hadist 7786, Juz I
[6] Musnad Ahmad, hal 85 hadist 7351, Juz XIII dan Fathul Bariy hal 206, Juz I
[7] Lih : Fathul Bariy, hal 239, Juz I
Agustus 20, 2008 - Ditulis oleh adanipermana Ilmu-ilmu Hadits , 3 Komentar
3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar